Langsung ke konten utama

A:dream, pt.2

A:dream

••Part 2••


Matanya melotot dengan wajah marah dan muram, ya walaupun gadis cantik kalo sudah marah ya jadi macan. Sontak kau terkejut dan terbelalak jatuh kebelakang dengan kakiku masih di atas kaki kursi.

"Namamu Desandrio?"

"Ehh, kok dia tau namaku?". Pikirku.

"I ii..ya" jawabku terbata merah, eh terbata-bata.

"Kamu murid pindahan baru?". Ucapnya.

"Sudah waktunya istirahat, kamu gak makan?"

"Ee.. bukannya baru mulai pelajaran tadi?" Aku terkejut.

"Sepertinya kamu tidur setengah hari"

"Lohh, se setengah hari? Loh perasaanku baru saja menutup mata?". Ucapku linglung.

"Hmm dasar, tidak ada guru dikelas hari ini"

"Eeh.. tapi kamu siapa? Kok ada di kelasku?". Bertanya-tanya.

"Hei.. kamu ini sudah linglung ya? kamu tadi memeperkenalkan diri di depan kelas, aku ini Freya ketua kelas ini tau"

"Tapi aku bener-bener gak tau"

"Kayaknya kamu udah gila gara-gara kebanyakan tidur, oh mungkin amnesia, hahaha bodoh banget sih, masa cuma tidur bikin amnesia"

"Amnesia? Tapi aku juga baru kali ini aku tidur dikelas"

"Hah dasar anak aneh?"

Aku jadi kepikiran kok aku bisa berpindah tempat. "Tapi ada ingatanku yang hilang, suasana kelasnya pun beda, apalagi ada seorang wanita cantik disini. Lalu kenapa aku disini?"

"Ehh, apa aku cuma bermimpi sadar, kalo gitu coba aku pegang oppainya". Pikirku sambil mecoba berdiri. Segera ku pegang oppainya tanpa pikir panjang.

"Iaaaahh...". Teriakannya sangat keras hingga memekakan telinga. Lalu responnya berubah. "Bugkhh....". Sebuah tinju penuh energi mendarat di perutku.

"Hoeekkkhhhh"

"Sakittt, ini bukan mimpi?"

Rasanya luar biasa, orang lemah sepertiku dipukul wanita sampai ko. Perlahan penglihatanku memudar dan gelap, telingaku berdengung.

"Sepertinya aku bakal mati"

"Brakk". Aku terjatuh dari kursi dan tersungkur ke tanah lalu pingsan. Memang kelakuan yang tidak pantas dilakukan saat bertemu orang baru, akhirnya mendapat karma instan.



"Kriiiingg". Suara keras bell sekolah yang menendang gendang telinga membuatku perlahan terbangun. Pertanda waktunya pulang. 

"Aku harap yang tadi cuma mimpi doang". Kesadaranku mulai pulih dan aku terbangun dari tidur yg menyakitkan.

"Ahh, mimpi yg menyeramkan, aku gak mau mimpi itu lagi deh". Pikirku sambil mengangkat kepala dan melihat sekeliling.

"Ngrekkhhh". Aku terkejut ternyata aku masih ditempat sama dan tidak kembali ke dunia asalku, padahal kuharap aku bisa bangun dari mimpi ini tapi ternyata ini benar-benar nyata. Selain itu, di depan ada Freya yang tadi menonjokku. Sontak ingatan rasa ngilu di perutku terasa kembali seperti tertonjok untuk kedua kalinya.

Saking kagetnya sampai kursiku tegeser kebelakang. Terlihat Freya dengan wajah mengerikannya menoleh kebelakang, ke arahku. Sambil memegangi perutku dan menunduk karena kesakitan, aku jadi tidak peduli lagi dengan dia, karena rasanya tulang rusukku ada yg patah.

"Kamu tidak apa2 anak baru?"

Nggak sadar dia sudah ada di depan mejaku, kulirik dia sambil menahan sakit.

"kok dia ada disini, bukannya ini cuma tadi mimpi, kenapa kelasku isinya cewek semua, kenapa rasa sakitnya begitu nyata, apa aku akan mati konyol karena menahan sakit perut? Padahal biasanya sakit magh akut pun masih bisa kutahan, tapi yang ini melebihi itu rasanya"

"Kok kamu diam saja? Memang sesakit itu?"

"Kamu lemah sekali, padahal cuma sekali pukul, yah kamu sendiri yang salah kenapa tiba-tiba menyerangku, rasain karmamu".

"Alah bqcot, banyak omong daripada begitu mending tolongin akhh" gumamku pelan namun rasanya malah tambah sakit.

Hawanya berubah dan sinar kuning kemerahan terlihat menyelimuti ruangan, perlahan rasa sakitnya pun mulai mereda dan terasa hangat di tubuhku. Rasanya nyaman hingga membuatku mengantuk.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

A:dream

A:dream •••    Pagi itu terasa terik sekali, sinaran matahari melewati sela-sela dedaunan di pohon yang terbuai semilir angin menembus kaca jendela hingga mengenai wajah tampanku.    Hahaha halu, aku memang tidak tampan seperti anak orang kaya, namun aku tampan kata ibuku yang selalu menenangkan aku seusai memarahiku dengan cubitan atau sabetan tangan gemuknya yang kecoklatan terbakar matahari. Ya, aku seorang anak petani, yang kutahu petani itu singkatan penyambung tatanan negara ini kata seorang Pahlawan. Karena itu, aku menghormatinya dengan kedua tanganku, bukan sekedar tangan kananku yang kuangkat di kening tetapi kedua tanganku kuusahakan bisa menjadi penerus yang hebat. Hahaha, cita-cita kok jadi petani, pasti begitu kata orang-orang. Tapi masa 'pintar' dengan ucapan mereka, karena aku adalah aku.    Pagi hariku selalu berawal dengan suara merdu ibuku yang teriak-teriak membangunkanku yang bandel sampai-sampai tetanggaku hafal dengan teriakannya yang bak bunyi alarm yang